Home » » Ketika Karyawan "Tidak Mau" Bekerja

Ketika Karyawan "Tidak Mau" Bekerja

Bagi Anda yang telah memiliki subordinat tentunya pernah menemui karyawan dengan kinerja baik, cukup dan buruk. Seringkali karyawan dengan kinerja buruk disebut sebagai karyawan "bermasalah" karena tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan hanya menimbulkan masalah.

Sebagian besar atasan sangat menghindari karyawan bermasalah sebagai subordinatnya karena hanya akan menambah beban kerjanya. Namun tak dapat dihindari, entah karena kesalahan pada perekrutan atau sifat dari karyawan tersebut yang berubah, karyawan tipe ini seringkali ditemui di setiap perusahaan.

Karyawan tipe ini seringkali sengaja melupakan target pekerjaan meski telah diingatkan, melakukan kesalahan pada pekerjaan rutinitas, datang terlambat dan banyak hal lainnya yang menyebabkan atasan mengelus dada. Respon umum yang akan diberikan ketika berhadapan dengan karyawan tipe ini adalah "jengkel" dan menganggapnya "tidak bisa bekerja".

Namun sadarkah Anda jika karyawan tipe ini, dibanding "tidak dapat" bekerja mereka cenderung "tidak mau bekerja". Ada berbagai alasan mengapa seorang karyawan memutuskan untuk "tidak mau" bekerja dan enggan mengeluarkan kinerja terbaiknya meskipun sebenarnya mereka mampu.


Pekerjaan tidak sesuai passion

Hal ini sering terjadi jika karyawan dimutasi dimana pekerjaan baru yang mereka geluti tidak sesuai dengan passion mereka. Pada awalnya mereka akan berusaha belajar dan berusaha mencintai pekerjaannya. Namun jika mereka tidak dimotivasi dengan baik, maka jangan heran jika mereka mulai bekerja asal asalan. 

Ada ungkapan yang mengatakan bahwa kita harus mencintai pekerjaan kita, namun jika kita tidak sanggup mencintai pekerjaan kita maka yang kita rasakan adalah rasa terbebani. Kita akan kehilangan semangat bahkan semangat untuk belajar hal baru. 

Oleh karena itu ada baiknya perusahaan dalam melakukan mutasi, tidak hanya mempertimbangkan kebutuhan suatu divisi namun juga kepribadian karyawan. 

Mulai merasa tidak nyaman 

Ada beberapa hal yang mampu membuat karyawan tidak merasa nyaman dalam bekerja seperti gaya kepemimpinan atasan, budaya kerja, struktur kerja dan beban kerja yang berlebih. Ketidaknyamanan ini lama kelamaan akan menurunkan semangat karyawan dan membuat mereka enggan mengeluarkan kinerja terbaiknya. 

Rasa tidak nyaman ini membuat mereka hanya fokus untuk menghitung jam pulang dan kesehariannya dalam bekerja hanya diliputi oleh keluh kesah. 

Pernah merasa sakit hati 

Meski telah diatur oleh undang undang, ada saja perusahaan yang tidak memperhatikan karyawannya dengan baik. Entah dari segi kompensasi maupun perlakuan secara manusiawi. Tidak jarang karyawan merasa sakit hati dan dongkol terhadap perusahaan. 

Alih alih mereka ingin berjuang bersama untuk memajukan perusahaan, akan sangat bahaya jika karyawan yang merasa sakit hati ini justru ingin merugikan perusahaan. 

Karyawan tipe ini seringkali tidak mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya terhadap pekerjaannya, tidak jarang mereka juga tengah mencari pekerjaan lain yang diharapkan lebih baik. Kendati demikian, bukan berarti karyawan tipe ini selamanya akan menjadi "trouble maker" dalam perusahaan. Jika Anda selaku atasan mampu menggali sebab mengapa kinerjanya menurun dan menerapkan proses coaching, kemungkinan besar Anda mampu mengubah sudut pandang mereka. 


Sesungguhnya, tidak ada karyawan "trouble maker", yang ada hanyalah karyawan yang kurang bimbingan. Apalagi di dunia kerja yang marak dikuasai generasi milenial, adalah sangat penting mengapresiasi dan membuat orang lain merasa dihargai dibanding sebaliknya. Dan pada prinsipnya, tidak ada karyawan yang tidak memiliki potensi, yang ada hanyalah karyawan yang potensi dirinya belum digali. 

0 komentar:

Post a Comment