Dari sekian banyak hal yang kita miliki, memiliki pekerjaan
adalah salah satu hal yang patut disyukuri. Namun kini, membutuhkan sumber
pencaharian tidak lagi menjadi satu satunya alasan untuk bertahan dalam satu
pekerjaan. Kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan pengembangan diri, keinginan
untuk mendapatkan lingkungan kerja yang nyaman menjadi faktor lain yang mulai
menjadi pertimbangan seseorang dalam memilih pekerjaan. Karenyanya, kita
semakin selektif dalam memilih pekerjaan agar kelak tidak hanya kebutuhan
materiil yang terpenuhi melainkan juga kebutuhan batin.
Sayangnya, adanya persaingan dengan ratusan pelamar
kerja lainnya dan proses seleksi perusahaan yang semakin ketat membuat proses
mendapatkan pekerjaan menjadi tidak mudah. Tidak jarang, hal ini cukup
membebani para pencari kerja, tidak hanya bagi fresh graduate melainkan juga
pekerja yang telah memiliki pengalaman. Padahal sudah mengirimkan puluhan
lamaran dan sudah menghadiri belasan proses seleksi, masih juga tak kunjung
mendapatkan pekerjaan.
Betapa kerasnya proses mendapatkan pekerjaan
digambarkan dengan cukup apik dalam film yang disutradarai oleh Stuart
Hazeldine yang berjudul “Exam” pada tahun 2009. Film ini menceritakan 8 orang yang tengah
mengikuti proses ujian di sebuah perusahaan yang cukup ternama. Proses ujian
menjadi begitu menegangkan karena mereka diminta untuk menjawab soal yang tidak
tertulis di kertas ujian mereka.
Sebagian besar film ini menceritakan apa yang mereka
lakukan untuk menyelesaikan ujian tersebut selama 80 menit. Dalam film ini,
dikisahkan bahwa mereka tidak mengetahui secara persis posisi apa yang mereka
lamar dan tugas apa yang perlu mereka kerjakan. Mereka bersedia mengikuti
proses rekrutmen dengan berbekal pengetahuan mereka mengenai latar belakang
perusahaan tersebut.
Satu per satu para kandidat tersebut gugur dalam ujian
karena melanggar peraturan yang telah ditentukan hingga tersisa satu kandidat wanita yang
dinyatakan “lulus” ujian oleh pengawas. Hampir di sepanjang ujian, kandidat
tersebut (dijuluki Blonde) bersikap lebih pasif dibanding kandidat lainnya. Ia lebih
banyak diam dan mendengarkan ketika kandidat lainnya sibuk mencari cara untuk menemukan
isi soal. Meski demikian, kandidat tersebutlah yang akhirnya berhasil
mendapatkan offering dari perusahaan tersebut.
Di akhir film diceritakan alasan mengapa kandidat
tersebut dipilih. Rupanya sikap bijak, keinginan untuk mendengar, kepedulian terhadap orang
lain dan ketelitian dalam dirinya merupakan hal yang dibutuhkan oleh perusahaan
tersebut saat itu.
Lantas, apakah 7 kandidat lainnya tidak layak
dipekerjakan ? Tentu saja tidak. Mereka telah melewati rangkaian tes yang cukup
ketat untuk sampai pada tahap ujian tersebut sehingga dapat dipastikan bahwa
mereka memiliki tingkat intelegensi yang tidak perlu diragukan.
Kandidat yang dijuluki “Cina” merupakan kandidat yang pertama
kali didiskualifikasi dalam ujian tersebut. Ia menuliskan beberapa kalimat
dalam lembar ujian yang membuatnya tersingkir dari ujian tersebut. Tidak
diketahui pasti bagaimana karakter dari “Cina”, namun ia adalah kandidat
pertama yang berinisiatif melakukan sesuatu.
Kandidat yang cukup mendominasi film ini dijuluki “White”
yang menggerakkan kandidat lainnya untuk bekerja sama menemukan isi soal. Meski
ia memiliki karakter yang cukup menyebalkan, ia cukup handal dalam menggerakkan
orang lain untuk mencapai satu tujuan melalui instruksinya. Kemampuan seperti
ini sangat dibutuhkan dalam bekerja terlebih ketika kita dihadapkan untuk memimpin
sebuah tim dalam sebuah proyek.
Dark dan Black sendiri digambarkan sebagai kandidat
yang cukup menguasai suatu hal meski film ini tidak menceritakan pengalaman
kerja mereka. Black handal dalam ilmu kimia sedangkan Dark menguasai ilmu
psikologi. Kemampuan teknis ini tentu dibutuhkan dalam melakukan suatu
pekerjaan.
Sedangkan Deaf yang sejak awal digambarkan sebagai
sosok autis ternyata merupakan pendiri dari perusahaan tersebut. Meski memiliki
kendala dalam berkomunikasi dengan orang lain, nyatanya Deaf memiliki
kecerdasan untuk menciptakan suatu hal yang bermanfaat bagi orang lain. Oleh
karena itu, Deaf membutuhkan sosok seperti Blonde yang dapat menutupi
kekurangannya dan dapat dipercayai untuk bersama sama menjalankan bisnis
tersebut.
Baca juga : Sinobsis Exam (2009)
Film ini memiliki banyak kesan moral yang dapat
diambil. Namun satu hal yang cukup menarik perhatian saya bahwa setiap
perusahaan memiliki kriteria tersendiri dalam proses rekrutmen yang bisa jadi
tidak sama dengan kriteria yang ditentukan oleh perusahaan lain untuk posisi
yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh budaya perusahaan, situasi persaingan
bisnis, dan kondisi internal perusahaan lainnya.
7 kandidat lain yang tersingkir tidaklah kandidat yang
tidak kompeten, hanya saja mereka bukanlah kandidat yang dibutuhkan oleh
perusahaan tersebut. Bisa jadi mereka akan berhasil mendapatkan pekerjaan yang
sama baiknya di perusahaan lain atau mungkin Blonde akan mengalami kegagalan dalam
proses rekrutmen di perusahaan lain.
Oleh karena itu, bagi Anda yang saat ini tengah
menghadapi kesulitan dalam mencari kerja, yakinilah satu hal bahwa Anda
istimewa dan Anda layak. Ketika Anda mengalami kegagalan dalam proses rekrutmen
di suatu tempat sedangkan Anda yakin telah memenuhi berbagai kriteria yang
ditentukan, yakinlah bahwa pekerjaan tersebut adalah rezeki milik orang lain
dan Tuhan telah memilihkan pekerjaan yang lebih baik untuk Anda.
Sama seperti jodoh, Tuhan memberikan jodoh “terbaik”
bukan “tercepat”. Tetaplah berusaha menjadi yang terbaik dari diri Anda,
tetaplah berusaha untuk mendapatkan pekerjaan, dan tetaplah yakin bahwa Tuhan
akan memberikan yang terbaik untuk Anda.
0 komentar:
Post a Comment