Home » » Passion : Penting tapi Terlupakan

Passion : Penting tapi Terlupakan

Belakangan, perusahaan saya membuka lowongan pekerjaan untuk posisi admin dimana para fresh graduate diberi kesempatan mengisi posisi tersebut. Kualifikasi yang dibutuhkan sederhana, mampu menguasai Microsoft Office karena memang pekerjaan administrasi lebih banyak berkecimpung dalam aplikasi tersebut. Bahkan pekerjaan ini tidak membutuhkan minimal pengalaman kerja ataupun minimal pendidikan.



Sebagai fresh graduate, baik yang baru saja lulus SMA/K ataupun kuliah, pekerjaan ini tentu saja menggiurkan bagi mereka. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan ketika saya merekrut para fresh graduate di lapangan, tak satupun hingga kini fresh graduate yang saya rekrut dengan alasan : tes intelegensi kurang, tes teknikal kurang dan tidak ada passion.

Passion.

S = saya ,  P = pelamar

Contoh kasus 1.

S : Apa sih passion kamu ?
P : Saya suka pekerjaan administrasi
S : Kenapa ?
P : Ya suka aja.
S : Apa yang ada di bayangan kamu waktu kamu kerja di bagian administrasi ?
P : Duduk, input data di komputer, filling dokumen.

Contoh kasus 2.

S : Apa sih passion kamu ?
P : Saya suka kerja kantoran
S : Kenapa ?
P : Dari dulu pengen aja kerja di kantor.
S : Di kantor, mau kerja di bagian apa ?
P : Karna saya baru lulus, saya gatau di kantor ada bagian apa aja. Yang penting bisa kerja dulu untuk nambah pengalaman.


Dari dua contoh kasus yang saya jabarkan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa masih ada para fresh graduate yang tidak memahami apa yang ia inginkan. Dapat disimpulkan bahwa fresh graduate masih belum memiliki pengetahuan yang memadai tentang apa itu dunia kerja.

Apakah hal ini hanya terjadi kepada fresh graduate ? Nyatanya tidak. Masih ada juga kandidat yang sudah memiliki pengalaman kerja bertahun tahun namun masih tidak memahami apa passionnya.

Contoh kasus 1.

S : Saya lihat Anda pernah kerja jadi sales, pernah juga jadi admin HRD dan juga Finance. Sebenernya passion Anda apa ?
P : Saya sih ga ada pilih pilih pekerjaan. Pekerjaan apapun yang ada akan saya jalanin.

Contoh kasus 2.

S : Sudah 8 tahun ya jadi General Affair. Apa gapengen cari pekerjaan lain diluar General Affair.
P : Sebenernya pengen, tapi selama ini apply selalu dipanggilnya untuk posisi itu.

Dari dua contoh kasus di atas, dapat kita lihat bahwa sebagian pelamar yang telah memiliki pengalaman memulai karirnya karena kecemplung. Apakah ada yang salah dengan kecemplung ? Jawabannya tidak, saya sendiri pun memulai karir karena kecemplung dan begitu juga dengan beberapa rekan seprofesi saya. Yang menjadi masalah adalah ketika Anda kecemplung, Anda lebih memilih pasrah dibanding membuat keputusan apakah akan mengikuti arus atau melawan arus. Terkadang ketika sudah terlanjur kecemplung, kita tidak dapat menilai apakah pekerjaan ini cocok dengan kita dan apakah ada pekerjaan lain yang lebih cocok untuk kita, dan itulah yang menjadi sebuah kesalahan dalam karir.

Awalnya saya sendiri tidak memahami mengapa passion perlu dipertimbangkan dalam merekrut seorang pelamar hingga akhirnya saya mendapat pencerahan dari atasan saya yang tentunya lebih senior. Mengapa passion itu penting ? Ketika kita sadar apa yang kita inginkan dan apa alasannya, apapun masalah yang menimpa kita akan tetap bertahan karena kita tau apa bagian terbaik dari hal itu. Lain halnya jika kita tidak tau apa yang kita inginkan, juga tidak tau apa yang menarik dari hal itu, ketika masalah menimpa kita tidak memiliki alasan untuk bertahan.

Alasan itu cukup menarik untuk dipertimbangkan bagi kita dalam meniti karir. Ketahui apa yang menarik minat Anda dan apa alasannya. Karena setiap hal memiliki sisi gelap dan terang, maka pahamilah keduanya sehingga kita mampu menjalaninya dengan mandiri. Lagipula, hal yang terbaik dalam bekerja adalah ketika kita mengerjakan apa yang kita senangi. Bukan bekerja karena keterpaksaan, apalagi kecemplung tanpa tau arah tujuan.

Jadi, di permulaan tahun 2018 ini, sudahkah Anda menentukan arah dan rencanan untuk karir Anda ?

0 komentar:

Post a Comment