“Prosedur di perusahaan tempat
saya bekerja tidak beraturan, kemarin A dan tiba tiba sekarang berubah menjadi
B, tidak ada aturan yang pasti. Saya bingung.”
Itu adalah salah satu sebab
pengunduran diri yang sering saya dengar dari para pelamar. Mereka merasa
bingung sehingga mengakibatkan pekerjaan yang mereka lakukan kurang maksimal.
Tidak adanya prosedur yang jelas tidak hanya menimbulkan kegelisahan di antara
para pelaksananya melainkan juga mengakibatkan hasil pekerjaan yang dilakukan
tidak konsisten.
Baca juga : Mengenal Prosedur dan Instruksi Kerja
Prosedur bukan hanya sekedar
dokumen tertulis yang telah disetujui melainkan juga merupakan sebuah sistem
yang memungkinkan segala proses tetap berjalan dan mencapai output yang
diharapkan meskipun para pelaksana di dalamnya telah berganti personil. Seringkali
kita mendengar keluhan “dulu saya tidak diajari oleh karyawan sebelum saya”
dimana hal ini menandakan bahwa prosedur yang ada belum mampu mengarahkan para
pelaksananya dalam menjalankan tugasnya sehingga output yang diharapkan tidak
dapat tercapai. Prosedur dapat dikatakan baik apabila para pelaksana mampu
mencapai output yang diharapkan hanya dengan membaca prosedur tersebut.
Sayangnya, beberapa perusahaan
seringkali mengabaikan prosedur dalam aktifitas operasional mereka dan berpedoman
pada instruksi yang hanya disampaikan secara lisan. Membuat prosedur sendiri
bukanlah hal yang sulit meskipun untuk mencapai hasil yang sempurna membutuhkan
proses yang panjang. Setidaknya ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pembuatan
prosedur ;
#1. Kenali Rule for Rules
Kemungkinan, prosedur bukanlah
satu satunya peraturan yang dijadikan acuan dalam perusahaan. Selain prosedur,
kita mengenal peraturan lain seperti peraturan perusahaan, internal memorandum,
dsb. Sebelum memulai prosedur itu sendiri, cari tau kedudukan setiap peraturan
tersebut dimulai dari siapa yang berhak menyetujuinya, ketentuan dalam setiap
peraturan, masa berlaku, dsb agar prosedur yang kita buat tidak tumpang tindih
dengan peraturan lainnya.
Misalkan ;
#2. Tentukan aktifitas dalam departemen
Setelah memahami kedudukan setiap
peraturan di perusahaan, kita dapat mulai menggali dan menentukan aktifitas
aktifitas yang terjadi dalam departemen. Diharapkan setelah memahaminya, kita
mendapatkan gambaran prosedur apa yang perlu dibuat.
Misalkan, untuk departemen HRD ;
#3. Analisa keterkaitan prosedur
Dalam prosedur kita seringkali melihat
adanya prosedur terkait, yaitu prosedur lain yang berhubungan dengan prosedur
tersebut. Misalkan untuk prosedur peminjaman dana (dep. HRD) kemungkinan akan
berhubungan dengan prosedur pembayaran (dep. Finance) atau prosedur pemberian
surat peringatan (dep. HRD) berhubungan dengan prosedur pemutusan hubungan
kerja (dep. HRD).
Dengan menganalisa keterkaitan
antar prosedur dilakukan agar kita dapat menyelaraskan prosedur tersebut dengan
prosedur lain yang berhubungan sehingga tidak menimbulkan adanya informasi yang
rancu.
Misalkan ;
Note : kotak berwarna adalah
prosedur dari departemen lain.
#4. Drafting
Setelah menganalisa keterkaitan prosedur,
kita dapat mulai menjelaskan segala proses dalam aktifitas tersebut. Penjelasan
yang diberikan dapat berupa uraian, flowchart maupun media lain yang
memungkinkan prosedur tersebut dapat dimengerti oleh siapapun.
Dikarenakan prosedur adalah
sebuah pedoman, maka tuangkan segala hal dengan detail di dalamnya misalkan ;
- PIC / pelaksana
- Input dan output proses
- Jangka waktu pelaksanaan
- Dokumen terkait (kebijakan / form / prosedur lain / instruksi kerja)
Misalkan ;
#5. Rancang formulir
Berjalannya sebuah prosedur
tentunya membutuhkan sebuah dokumentasi, contohnya adalah formulir. Formulir
biasanya memuat berbagai informasi yang dibutuhkan dan juga persetujuan dari
para pelaksana. Buatlah formulir sesederhana mungkin dengan tetap
mempertimbangkan setiap proses dalam prosedur tersebut.
#6. Tuangkan dalam instruksi kerja jika perlu
Prosedur adalah sekumpulan proses
dalam sebuah aktifitas, namun seringkali proses tersebut terlalu teknikal jika
dituangkan dalam prosedur. Untuk mengatasinya, dapat dibuat instruksi kerja
yang memuat pedoman yang perlu dilakukan
dalam sebuah proses. Yang perlu diingat adalah tidak semua proses perlu
dituangkan dalam instruksi kerja, jika proses tersebut cukup sederhana dan
tidak memerlukan penjelasan detail maka cukup dituangkan dalam prosedur.
Misalkan ;
#7. Persetujuan
Hal selanjutnya yang perlu
dilakukan adalah meminta persetujuan dari pihak yang berwenang. Hal ini
bergantung pada kebijakan setiap perusahaan, beberapa perusahaan mungkin
menetapkan bahwa prosedur dinyatakan sah jika telah ditandatangani oleh manager
di departemen tersebut sedangkan perusahaan lain menetapkan bahwa manajemen
adalah pihak yang berwenang untuk mengesahkan suatu prosedur.
Dalam proses persetujuan, akan
terdapat proses peninjauan dimana kemungkinan kita perlu melakukan revisi
terhadap draft prosedur yang telah kita buat sebelum akhirnya disetujui dan sah
untuk diberlakukan.
#8. Sosialisasi
Hal terakhir yang perlu dilakukan
adalah sosialisasi untuk memperkenalkan prosedur tersebut kepada seluruh pihak
yang terkait. Sosialisasi dapat dilakukan dengan menggelar suatu presentasi atau
memasangnya ke berbagai media yang sering dipantau karyawan seperti HRIS maupun
mading.
Demikian 8 langkah yang dapat
dilakukan untuk membuat sebuah prosedur. Satu hal yang perlu menjadi perhatian,
proses membuat prosedur tidak hanya mengajak kita untuk menjelaskan sebuah
aktifitas. Ketika kita membuat sebuah prosedur, secara tidak sadar kita akan meninjau
apakah proses yang dituangkan dalam prosedur adalah proses yang efisien bagi
para pelaksana.
Nyatanya membuat prosedur tidak hanya
bertujuan untuk dokumentasi, membuat prosedur adalah suatu awal dari upaya perbaikan.
Secara kasat mata, prosedur adalah suatu pedoman. Namun tanpa disadari,
prosedur merupakan salah satu sumber yang menciptakan rasa aman bagi para
pelaksananya. Dan rasa aman, adalah satu dari sekian banyak hal yang dibutuhkan
karyawan dalam bekerja dan menciptakan kontribusi kepada perusahaan.
0 komentar:
Post a Comment