Home » » Benarkah Mereka Dengan Rutinitas di Depan Komputer Tidak Berkontribusi ?

Benarkah Mereka Dengan Rutinitas di Depan Komputer Tidak Berkontribusi ?

Hasil adalah salah satu tolak ukur nyata dalam menilai kinerja seseorang dan kebenaran hal ini seringkali tidak perlu diragukan. Ada banyak contoh kasus yang menyebutkan bahwa perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja kepada karyawan yang dianggap tidak mampu mencapai target hasil yang ditentukan. Namun seringkali pengertian dari hasil ataupun output kerja itu sendiri masih perlu dipertanyakan.

Berikut adalah contoh kasus yang belakangan ini saya temui.

Salah seorang rekan saya yang berprofesi sebagai HR Manager menceritakan sebuah kisah yang cukup menarik perhatian saya. Saat itu, ia baru saja mulai bekerja di sebuah perusahaan ketika salah seorang General Manager (yang merupakan atasannya) menyampaikan sebuah pernyataan seperti di bawah ini ;

"Saya tidak ingin sembarangan memberikan status karyawan tetap kepada karyawan. Saya harus pastikan bahwa karyawan tersebut memberikan kontribusi kepada perusahaan. Jangan sehari hari sibuk di depan komputer tapi tidak ada efek nyata ke bisnis."



Kalimat yang digaris bawahi adalah kalimat yang cukup membuat saya berpikir keras. Sayangnya atasan dari rekan saya tidak mengucapkan dengan jelas maksud dari ucapan tersebut sehingga berhasil membuat saya bertanya tanya, apakah benar mereka yang rutinitas kerjanya berada di depan komputer tidak memberikan kontribusi ke bisnis ?

Pada akhirnya saya meyakini bahwa pernyataan tersebut adalah salah karena saya menyadari adanya beberapa hal berikut ;

Setiap posisi memiliki output yang berbeda

Ketika berbicara mengenai posisi Sales Executive, maka nilai penjualan yang dihasilkan adalah output dari kinerjanya. Penarikan datanya pun tidak perlu diragukan karena hasilnya dapat tertangkap dengan mudah oleh sistem. Dan tentu jelas, hasil penjualan berpengaruh secara langsung terhadap bisnis perusahaan.

Selanjutnya, mari kita bicara mengenai posisi Account Receivable, meski tidak terlibat dalam penjualan mereka berperan besar dalam penagihan piutang. Jumlah pembayaran tagihan dari customer merupakan output kinerja mereka yang juga dapat dengan mudah tertangkap oleh sistem. 

Untuk posisi Purchasing, jumlah Purchase Request yang terpenuhi adalah output utama dari kinerja mereka. Apabila hal ini tidak tercapai akan mempengaruhi proses penjualan dan tentunya berpengaruh terhadap bisnis. Output lain yang dihasilkan adalah efisiensi harga yang berpengaruh pada besaran Harga Pokok Penjualan. Bicara mengenai rutinitas, sebagian besar waktu kerja mereka dihabiskan dengan pembuatan dokumen pembelian dan negosiasi dengan vendor di samping tentunya berkoordinasi dengan departemen lain. 

Lebih lanjut lagi, mari kita bicara mengenai posisi IT Support yang output utama kerjanya adalah menyelesaikan permasalahan hardware di area kerja. Jika mereka tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, akibatnya pun tidak kalah fatal. Bisa jadi sales tidak dapat melakukan penjualan barang dikarenakan tidak mampu mengakses sistem untuk memeriksa ketersediaan barang. 

Setelah memahami output kerja dari 4 posisi yang terlihat cukup vital dalam perusahaan, mari kita bergeser ke posisi support lainnya yaitu Office Boy. Output kerjanya adalah lingkungan kantor yang bersih. Apakah hal ini berpengaruh terhadap bisnis ? Jawabannya adalah tidak secara langsung. Untuk beberapa bidang usaha, bisnis mereka akan tetap berjalan meski lingkungan kerja terlihat kotor. Namun tentunya hal ini tidak membuat karyawan merasa nyaman. Jika ditanya apakah posisi Office Boy penting, jawabannya adalah iya karena mereka berperan dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman. 

Terakhir, bayangkan posisi Admin HRD dengan absensi, pendaftaran BPJS, kegiatan surat menyurat sebagai bagian dari rutinitasnya. Apakah hal ini berpengaruh terhadap bisnis ? Jawabannya juga tidak secara langsung. Kemungkinan besar karyawan lain tidak merasakan output kerjanya secara langsung. Namun ketika mereka menggunakan BPJS Kesehatan untuk berobat ketika sakit, Admin HRD adalah sosok yang membantu mereka untuk mendapatkan fasilitas tersebut. 

Dalam bekerja, seringkali kita menganggap posisi lain dengan sebelah mata atau bahkan tidak jarang menganggap posisi lain sebagai sebuah bagian dari pekerjaan yang "tidak menghasilkan". Perlu diketahui bahwa bisnis dapat dianalogikan sebagai sebuah roda dimana bagian sekecil apapun berkontribusi pada bagian lain. Dan suatu posisi tercipta bukan tanpa alasan, suatu posisi ada karena memang ia dibutuhkan untuk menghasilkan suatu output, baik berakibat langsung kepada bisnis maupun tidak. 

Key Performance Indicator (KPI) sebagai peranan kunci

Lalu bagaimana mengetahui seberapa besarnya kontribusi seseorang terhadap pekerjaannya ? Hal ini dapat dijawab dengan terlebih dahulu memahami apa KPI untuk kemudian menjadi tolak ukur kinerja seseorang. Bisa jadi seseorang terlihat santai tanpa beban karena ia telah mencapai target kerja yang ditentukan melalui KPI atau bisa jadi seseorang terlihat banting tulang mengejar target kerja. Dan bagaimana perilaku seseorang kepada seorang lainnya ataupun jumlah kehadiran seseorang tidak serta merta menunjukkan kualitas kerja seseorang. 

KPI menjadi jawaban atas pertanyaan "apakah suatu posisi berkontribusi kepada bisnis ?". KPI individu yang baik seharusnya merupakan turunan dari KPI departemen dan seterusnya. Adalah wajar jika seseorang dinyatakan tidak berkontribusi karena tidak mampu memenuhi KPI yang ditetapkan. Namun jika seseorang dinyatakan tidak berkontribusi kepada bisnis padahal ia berhasil mencapai KPI yang ditetapkan, yang perlu dipertanyakan adalah isi dari KPI tersebut bukan kualitas kerja dari seseorang tersebut. 

Oleh karena itu, seringkali pembuatan KPI untuk pertama kalinya memakan waktu yang cukup lama dimulai dari pembuatan, penarikan data dan review ulang. Peranan KPI memang tidak main main, KPI tidak hanya alat ukur kinerja melainkan juga sebuah pedoman seseorang untuk mencapai kualitas kerja yang diharapkan. 

Dalam kisah yang dialami oleh rekan saya, ada baiknya digali lebih lanjut mengenai apakah pernyataan tersebut merupakan bagian dari pengalaman di masa lalu atau hanya perumpamaan. Jika memang hal tersebut pernah terjadi, perlu dipastikan kembali definisi dari "posisi yang sibuk di depan komputer" dan definisi dari "tidak berkontribusi". Semakin dalam diketahui akar dari pernyataan tersebut, maka semakin tepat langkah yang diambil untuk menanggulangi. Apakah benar diakibatkan dari kualitas karyawan atau definisi dari "berkontribusi" yang tidak dipahami oleh semua pihak. Jangan sampai asumsi ini mempengaruhi pandangan seseorang terhadap orang lain yang kemudian menimbulkan kecanggungan dalam berinteraksi.

Saling menghargai adalah hal yang seringkali ditekankan dalam kehidupan sosial, begitu pula dalam bekerja. Hal ini tidak hanya perlu diterapkan dalam diri kita sebagai seorang individu, melainkan dalam diri kita sebagai seorang pekerja profesional maupun seorang leader. Bahwa orang lain memiliki peranannya tersendiri yang perlu kita hargai. Sebagai seorang individu, pekerja profesional maupun seorang leader, sebaiknya kita tidak menarik kesimpulan dengan cepat sebelum melihat data atau fakta yang terjadi karena suatu yang terlihat tidak selalu menceritakan yang sebenarnya. 

0 komentar:

Post a Comment