Home » » Talent War : Ketika Pemberi dan Pencari Kerja Sama Sama Pusing

Talent War : Ketika Pemberi dan Pencari Kerja Sama Sama Pusing

Adalah suatu fakta yang sangat miris, dalam 6 bulan terakhir hanya 0,4 % kandidat yang saya rekrut memenuhi ekspektasi. Terkadang saya bertanya kepada diri saya sendiri, apakah saya telah melakukan kesalahan dalam proses rekrutmen ini ? Apakah saya melewatkan kandidat yang sebetulnya berpotensi ? Namun nyatanya kekhawatiran saya memang hanyalah sebuah kekhawatiran karena saya mampu mempertanggungjawabkan alasan mengapa saya tidak melanjutkan mereka ke tahap interview user.

Hasil tes tidak memenuhi standar
Komunikasi yang berbelit belit
Mental yang tidak sesuai dengan kultur perusahaan

Ketiga alasan di atas adalah alasan dominan yang sering saya temui. Tentu saja setiap perusahaan berharap karyawannya cukup cerdas untuk menangkap suatu pembelajaran, mampu berkomunikasi dengan baik kepada orang lain dan juga memiliki karakter yang dibutuhkan perusahaan.



Saya seringkali ditanya, kenapa saya begitu lama dalam mencari kandidat ? Dulu saya masih ikut bertanya kepada diri saya mengapa hal tersebut bisa terjadi, namun kini, saya telah menemukan jawabannya. Sebagai perusahaan berbasis profit, tentu kita mengharapkan tenaga kerja terbaik untuk menjadi personil kita. Semakin bagus tenaga kerja di dalamnya maka perusahaan dapat berkembang dengan lebih baik. Oleh karena itu, sebagai recruiter yang merupakan perwakilan perusahaan dalam mencari bibit bibit unggulan, kami dituntut untuk mencari best of the best bukan hanya best of the worst. 

Pusing, pasti. Mungkin sebagian dari kalian berpikir, "rekrut aja sih, yang penting kan bisa kerja, sisanya profesional aja". Oh, saya sungguh sangat ingin melakukannya. Rekrut saja siapapun yang menguasai pekerjaannya lalu kita bentuk agar ia bisa berkembang dan menyesuaikan dengan kultur perusahaan. Lagi lagi sayangnya tidak semudah itu. Bagi Anda yang memiliki pasangan tentu tahu bahwa mencari pacar tidak hanya yang kaya atau tampan melainkan mampu mencintai kita apa adanya. Begitu pula dalam mencari kandidat, tidak asal mencari kandidat yang bisa bekerja namun kami mencari kandidat yang kami anggap sebagai talent. Kandidat di atas rata rata, bukan hanya sekedar kandidat rata rata.

Selagi saya dan rekan rekan sesama recruiter lainnya tengah pusing mencari talent, nyatanya di luar sana masih ada beberapa orang yang juga tengah pusing mencari pekerjaan. Sudah apply disana - sini tapi masih belum ada yang memanggil. Rasanya iri melihat orang lain sudah mendapatkan pekerjaan sedangkan Anda belum. Sudah lulus psikotes, lalu interview HR dan kemudian tiada panggilan lagi.

Fenomena yang lucu bukan. Pemberi kerja pusing mencari talent, sedangkan pencari kerja masih sibuk dengan usahanya mencari kerja. Fenomena lucu namun juga miris. Namun inilah realita. Realita bahwa kini banyak perusahaan yang cukup selektif dalam memilih kandidat, bahwa kini perusahaan berlomba lomba mencari kandidat yang dianggap memiliki potensi disamping memiliki motivasi kerja.

Saya menyebut ini Talent War. Kondisi dimana siapa yang memiliki potensi maka dialah yang selamat sedangkan sisanya kemungkinan akan dipukul mundur oleh lawan. Oleh karena itu, tanyakan pada diri Anda, mengapa Anda layak untuk direkrut ? Apa nilai plus Anda dibanding kandidat lain di luar sana ?

Setidaknya ada beberapa hal yang seringkali gagal dimiliki oleh para pencari kerja saat ini ;

Motivasi Kerja

Apa alasan Anda bekerja ? Lalu akan dijawab dengan, "untuk mengaplikasikan ilmu saya / karena ini memang apa yang seharusnya dilakukan oleh orang lain seusia saya". Jujur saja, mendengar jawaban tersebut saya kemungkinan akan beranggapan bahwa Anda akan resign dengan mudahnya ketika menghadapi kesulitan. 

Bandingkan dengan seseorang yang bekerja demi menghidupi keluarganya, atau seseorang yang bekerja untuk mengejar mimpinya. Bandingkan dengan seseorang yang menjadikan bekerja sebagai alat untuk mencapai tujuan hidupnya dibanding seseorang yang bahkan tidak memahami kolerasi antara mengapa ia harus bekerja dengan tujuan hidupnya. 

Motivasi kerja inilah yang menentukan bagaimana daya tahan kita dalam menghadapi berbagai rintangan dalam bekerja. Jika Anda memahami alasan Anda memilih sesuatu maka Anda akan bertahan meskipun harus melewati berbagai rintangan. Namun jika Anda tidak memahami alasan Anda untuk melakukan sesuatu, Anda akan mudah berubah pikiran saat dihadapkan dengan tantangan. 

Kita melakukan sesuatu karena adanya suatu alasan, semakin kuat alasan itu semakin giat ia melakukannya. Jika Anda bahkan tidak tahu pasti alasan Anda bekerja, mengapa Anda mengharapakan perusahaan memberi Anda pekerjaan jika Anda hanya coba - coba ?

Inisiatif

Saya masih sering menemui kandidat yang bahkan tidak memahami ia sedang melamar di perusahaan apa. Untuk hal yang berkaitan dengan hidupnya saja ia tidak berpikir panjang bagaimana dengan urusan yang berkaitan dengan orang lain ? Dan apa pribadi yang seperti ini layak disebut dengan talent ?

Seseorang yang tidak memiliki inisiatif bukannya tidak dapat bekerja, tentu saja mereka bisa. Namun jika Anda melihat dalam sudut pandang jangka panjang, maka seseorang tanpa inisiatif akan bekerja terus menerus dalam sebuah lingkaran tanpa pernah bergerak maju. Sebagai perusahaan, tentu kita mengharapkan setiap personil dalam perusahaan dapat berkembang. Sayangnya perusahaan tidak akan berkembang jika personilnya tidak berkembang, dan seseorang tidak akan berkembang jika ia tidak mau berkembang. 

Lalu, jika Anda merasa bahwa lebih nyaman menunggu bola dibandingkan dengan menjemput bola,silahkan saja teruskan. Namun satu hal yang harus Anda pahami bahwa kelak Anda akan menyaksikan bagaimana orang lain dengan inisiatif yang lebih tinggi digaji berkali kali lipat dibanding Anda sedangkan Anda masih berkutat dengan penyesuaian gaji. 

Kemampuan Bekerja yang Mumpuni

Jika ditanya kemampuan seorang supir tentu saja mereka mampu mengendarai mobil dan untuk itulah mereka dipekerjakan. Jika ditanya kemampuan seorang penyanyi tentu saja mereka jago menyanyi dan untuk itulah mereka dibayar.

Maka pastikan hal apa yang Anda miliki sehingga mampu membuat pemberi kerja membutuhkan Anda. Jika Anda melamar pekerjaan sebagai akunting namun Anda sendiri tidak memahami jurnal, bagaimana perusahaan akan mempekerjakan Anda ? Jika Anda melamar pekerjaan sebagai staff administrasi namun Anda bahkan tidak dapat mengoperasikan komputer dengan baik, maka mengapa mereka perlu mempekerjakan Anda ?

Tidak hanya seputar personality Anda, perusahaan juga menginginkan seseorang yang cukup kompeten di bidangnya. Sekali lagi, ini bukan masa dimana seseorang dapat dipekerjakan dengan mudah hanya karena kepepet. Oleh karena itu jangan jadikan diri Anda pilihan ketika pemberi kerja merasa kepepet. Jadikan diri Anda pilihan pertama dengan kemampuan yang Anda miliki. 

Jika semua staff admin bisa mengetik maka jadikan diri Anda bisa mengetik dan menganalisa laporan. Jika semua penyanyi bisa menyanyi maka jadikan diri Anda bisa bernyanyi dan berdansa. Bisa yang dimaksud disini bukan hanya bisa sekedar melakukannya dengan biasa, karena itu tidak akan bermakna apa apa. Jadikan diri Anda bisa, bisa melakukannya melebihi ekspektasi dan untuk itulah Anda dipilih. 

Saya berharap tulisan saya mampu menggugah Anda untuk kembali merenungi diri Anda. Sudahkah Anda bersiap menghadapi Talent War ini ? Kemampuan dan diri Anda adalah senjata Anda untuk bertahan dalam pertempuran ini. Pastikan Anda telah membekali diri Anda dengan senjata termutakhir karena setiap orang memiliki senjatanya masing - masing. Pastikan Anda cukup ahli dalam berperang karena yang Anda hadapi adalah para petarung. Namun jika Anda tidak memiliki senjata dan bahkan tidak dapat berperang, maka bersiaplah Anda menjadi orang pertama yang tersisihkan dalam pertarungan ini. 

1 komentar: