Home » » Talent War : Direkrut Saja Tidak Cukup, Jadilah Kompetitif

Talent War : Direkrut Saja Tidak Cukup, Jadilah Kompetitif


Pada postingan sebelumnya saya telah menggambarkan betapa sengitnya pencarian kerja, hal ini tidak hanya dirasakan oleh pencari kerja melainkan oleh pemberi kerja. Suatu hal yang membanggakan ketika akhirnya kita berhasil mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan. Sayangnya, ternyata talent war tidak berhenti ketika kita telah dinyatakan diterima bekerja, talent war akan terus terjadi sepanjang perjalanan karir kita.


Lalu seperti apakah sengitnya talent war saat kita telah dinyatakan diterima sebagai karyawan ? Anda dapat merasakannya melalui beberapa fenomena berikut ;



Selalu Dibandingkan

Mungkin saja Anda diterima bekerja untuk menggantikan seseorang di perusahaan tersebut. Sayangnya Anda jangan bersenang hati terlebih dahulu. Pemegang jabatan sebelumnya tentu memiliki prestasinya sendiri dalam bekerja yang mau tidak mau membuat orang lain setidaknya berharap Anda melakukan hal yang sama baiknya dengan pemegang jabatan sebelumnya.

Tentu sudah cukup bagus jika Anda berhasil meneruskan apa yang telah dicapai oleh pemegang jabatan sebelumnya. Namun, jika Anda hanya sekedar meneruskan apa yang telah tercipta maka Anda hanya akan berada di bawah bayang bayang pemegang jabatan sebelumnya.

Oleh karena itu, berjuanglah untuk memberikan kinerja yang lebih baik dari pemegang jabatan sebelumnya. Ciptakan prestasi Anda sendiri dengan cara Anda. Berjuanglah untuk menjadi yang terbaik dan dengan begitulah Anda akan dikenang sebagai yang terbaik.

Terus menerus mendengar kata “si A dulu begini” memang menyakitkan, namun yakinlah bahwa Anda memiliki cara berbeda yang juga mampu membawa perubahan lebih baik. Tentu saja Anda dan pemegang jabatan sebelumnya memiliki kepribadian dan karakter yang berbeda, namun dengan direkrutnya Anda menjadi pengganti karyawan tersebut membuktikan bahwa Anda dianggap sama kompetennya dengan karyawan tersebut.

Karyawan “Master”

Anda pasti memiliki kenalan yang sudah dikenal “master” di pekerjaan yang ia lakukan. Master dalam pengertian yang bersangkutan sudah bekerja cukup lama di posisi tersebut. Si karyawan “master” ini seringkali dianggap lebih menguasai tentang pekerjaan tersebut sehingga seringkali membuat orang lain merasa segan akan kemampuan bekerja yang ia miliki.

Entah karyawan “master” ini adalah Anda atau kenalan Anda, yang jelas menjadi karyawan “master” tidak selalu berada dalam konotasi positif. Tentu saja karyawan “master” memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai budaya kerja di perusahaan, namun tentang kompetensi ?

Karyawan “master” dianggap memiliki konotasi positif jika selama bekerja ia terus mendapatkan tanggung jawab yang lebih besar dan juga memahami arti pekerjaan yang ia lakukan. Seringkali saya menemui kandidat yang telah bekerja lebih dari 3 tahun di perusahaan yang sama, sebagian dari mereka diberikan tanggung jawab yang lebih besar namun sedikit dari mereka yang memahami pekerjaan yang ia lakukan selama ini.

Saya pernah bertemu dengan seorang stock controller yang telah bekerja selama 5 tahun. Ia mengerti apa yang telah pekerjaan yang ia lakukan namun ketika saya tanya apa yang dapat ia analisa dari laporan yang selama ini ia kerjakan, ia tidak dapat menjelaskan. Ini adalah salah satu contoh karyawan “master” yang memiliki konotasi yang negatif. Dalam hal loyalitas tentu ia unggul, namun secara kompetensi, kemungkinan besar ia hanya melakukan pekerjaan yang sama dan diulang selama 5 tahun dan tentu saja karyawan seperti ini tidak cukup memiliki nilai tambah di mata pemberi kerja.

Jika Anda memang memutuskan untuk menjadi salah satu karyawan “master” dengan tetap tinggal di perusahaan dalam jangka waktu lama, maka pastikan Anda tidak menjadi seseorang yang rugi dengan tidak menyerap informasi sebanyak banyaknya dari pekerjaan Anda. Jika Anda adalah seorang staff procurement, coba analisa kapan pembelian dalam jumlah besar dilakukan dan barang apa yang paling diminati. Jika Anda adalah seorang sales, coba analisa program promosi apa yang paling diminati pelanggan. Pekerjaan kita memiliki nilai yang lebih besar dari apa yang terlihat oleh orang lain dan pastikan Anda menjadi seorang yang cukup beruntung dengan memahami arti nilai tersebut.

Mutasi

Mutasi seringkali dianggap menjadi momok bagi sebagian besar orang. Oh tentu saja, bayangkan saja kita telah nyaman bekerja dan tiba tiba dipindah ke pekerjaan lain yang tidak kita kuasai. Pikiran “apakah saya tidak kompeten”, “yah, saya harus belajar lagi”, dan berbagai pikiran lain tentu datang menghampiri.

Mutasi, yang dianggap sebagai perpindahan posisi seorang karyawan ke posisi lain yang dianggap sejajar seringkali tidak bermakna negatif. Mutasi, jika disikapi dengan baik dapat menjadi sumber pembelajaran bagi diri kita sehingga kemampuan yang kita miliki bertambah.

Misalkan, Anda adalah seorang staff akunting yang berkutat data transaksi tiba tiba dipindah menjadi seorang finance controller yang diharuskan untuk melakukan koordinasi dengan pihak lain. Bagi seorang yang telah terbiasa menjadi seorang staff akunting, ini bukanlah hal yang mudah. Namun jika dilihat kembali, setelah Anda menjalaninya maka Anda akan memiliki kemampuan yang lebih luas. Kemampuan sebagai staff akunting dan finance controller yang menjadi nilai tambah ketika Anda melamar pekerjaan di tempat lain ataupun mendapatkan promosi.

Mutasi juga dianggap sebagai sebuah kesempatan yang mungkin tidak akan datang untuk kedua kalinya. Bisa jadi, ketika Anda melewatkan kesempatan ini, Anda tidak mendapatkannya ketika Anda ingin dan justru membuat Anda terperangkan untuk mengerjakan pekerjaan yang sama selama bertahun tahun.

Ketika Karyawan Baru Bergaji Lebih Tinggi

Tentu saja fenomena ini seringkali membuat sakit hati. Itulah mengapa, gaji adalah salah satu hal confidential dan cukup privasi meski seringkali para karyawan sibuk membocorkan gajinya kepada karyawan lainnya, hal yang tidak dapat dicegah.

Namun yang perlu diingat adalah, hal ini takkan terjadi tanpa alasan atau terjadi hanya karena HRD salah memberikan nominal gaji. Akan lebih baik jika Anda mengintrospeksi diri Anda, apa yang sudah Anda lakukan selama ini, bagaimana kinerja Anda, dan apa yang perlu ditingkatkan. Jika Anda tidak dapat menemukan apa alasannya, Anda dapat menanyakannya kepada atasan Anda yang tentu memiliki pemahaman lebih luas dibanding Anda.

Satu hal yang pasti, dalam hal ini bercerita adalah hal yang cukup bijak dibanding hanya memendamnya seorang diri sehingga akhirnya Anda terperangkap dalam prasangka negatif yang menguras emosi. Oleh karena itu, sebelum hal menyakitkan ini terjadi terus tingkatkan kualitas diri Anda sehingga Anda menjadi layak.

Dari 4 fenomena di atas, satu hal yang saya tekankan adalah nilai tambah. Bahkan rasanya hal ini sudah saya tekankan dari postingan saya sebelumnya. Memang bagi sebagian orang terkesan memburu buru, namun itulah kondisi dalam talent war dimana Anda harus terus waspada atau dikalahkan lawan. Dalam hal ini, Anda diminta untuk terus kompetitif atau Anda akan tertinggal oleh karyawan lain.

Apa yang Anda miliki akan menjadi penolong Anda, karena hidup tidak dapat diprediksi, maka bisa jadi Anda harus meninggalkan pekerjaan Anda saat ini. Dan jika ini terjadi, silahkan baca postingan saya sebelumnya, apa yang menjadi nilai tambah Anda sehingga pemberi kerja harus merekrut Anda?

1 komentar: