Home » » Unbeatable - MMA dan Segudang Perjuangan Di Baliknya

Unbeatable - MMA dan Segudang Perjuangan Di Baliknya

Menonton film adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan stress. Tidak hanya itu, kegiatan ringan ini juga dapat menjadi salah satu sarana perbaikan bagi diri Anda.

Seperti yang telah diketahui, film diciptakan dengan menyampaikan beberapa kesan dan pesan kepada penontonnya. Hal ini juga yang dilakukan dalam film Unbeatable yang saya rekomendasikan bagi Anda yang nyaris kehilangan harapan.



Film ini dibuka dengan kisah Lin Si Qi (Eddie Peng) yang merupakan putra seorang kaya raya yang memutuskan untuk hidup tanpa menikmati harta ayahnya. Meski hubungan antara Lin Si Qi dengan ayahnya kurang baik, namun naluri seorang anak membuatnya tetap ingin menemani ayahnya di saat usahanya bangkrut.

Di tempat lain, Gwen (Mei Ting), seorang ibu muda yang frustasi karena ditinggalkan suaminya kembali merasa kehilangan atas kepergian putra bungsunya yang meninggal karena tenggelam di bathup karena kurangnya pengawasan dari Gwen.

Di sisi lain, Ching Fai (Nick Cheung) adalah seorang mantan juara MMA yang telah memenangkan pertandingan sebanyak dua kali. Berbanding terbalik dengan masa mudanya yang penuh kejayaan, Ching Fai kini harus menjalani hidupnya sebagai seorang sopir taxi. Dikarenakan dijerat hutang, Ching Fai memutuskan untuk pergi ke Macau dan memulai hidupnya sebagai pelatih gym bersama sahabatnya. Hari pertama di Macau, Ching Fai bersama sahabatnya, Yeung Hin Sun (Philip Keung) menyaksikan pertandingan MMA yang membuatnya kembali mengingat masa kejayaannya.

Lin Si Qi selalu menjemput ayahnya yang tengah mabuk di bar dan membopongnya pulang. Dalam perjalanan pulang, Lin Si Qi melihat iklan pertandingan MMA dengan hadiah cukup menggiurkan yang dapat ia gunakan untuk membayar hutang ayahnya. Tanpa disadari pada suatu malam Lin Si Qi berpapasan dengan Ching Fai yang tengah berjalan menuju kamar kosnya dengan Gwen sebagai pemilik rumah.



Ching Fai disambut oleh Dani, putri sulung Gwen yang sangat mandiri dan tegas di usianya. Dani menuturkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan Ching Fai, termasuk larangan untuk membuka papan yang menutupi bathup tempat adiknya meninggal.

Keesokan harinya, Ching Fai memulai hari pertamanya sebagai pelatih gym dengan mengajarkan beberapa gerakan kepada ibu ibu. Bagi Ching Fai, gerakan yang sangat sederhana itu merupakan suatu penghinaan. Pada hari itu juga, Ching Fai bertemu dengan Lin Si Qi yang mendaftar kelas MMA untuk mengikuti pertandingan MMA meskipun ia belum pernah memiliki pengalaman bertanding. Hal ini membuat Lin Si Qi cukup diremehkan.

Di samping itu, sepulang kerja Gwen menjemput Dani dari sekolahnya di suatu taman yang membuatnya kembali teringat akan kenangannya bersama Dani dan putranya yang telah meninggal. Tak peduli akan hujan yang mengguyur, Gwen tetap menunggu Dani meskipun ia harus basah kuyup. Sesampainya di rumah, Gwen dan Dani dikejutkan dengan atap rumahnya yang bocor. Ching Fai berusaha menampung bocoran air hujan dan memindahkannya ke bathup yang dilaran untuk dibuka. Hal ini membuat Gwen hilang kendali dan mencakar Ching Fai.

Setelah suasana tenang, Dani menceritakan alasan mengapa ibunya bertindak kasar. Hal ini disebabkan rasa frustasinya karena ditinggalkan suami yang memilih wanita lain dan kepergian anaknya. Dani bahkan sempat dirawat oleh Rumah Sosial dan Gwen dirawat di Rumah Sakit Jiwa untuk sementara waktu. Mendengar hal itu, Ching Fai berjanji pada Dani untuk mematuhi peraturan yang telah dibuat Dani, termasuk untuk tidak membuka bathup.



Di sela waktu kerjanya, Ching Fai teringat akan masa lalunya yang kelam dan dipenuhi penyesalan. Saat itu, Ching Fai memalsukan pertandingan MMA dengan sengaja mengalah demi uang. Hal ini membuat guru Ching Fai marah dan mengakibatkan ia dipenjara atas tuduhan mafia, pencucian uang dan pemalsuan pertandingan.

Lamunannya buyar saat ia menerima telepon dari Dani yang memintanya untuk menjemput ibunya di taman karena ia terlambat pulang dan sedang turun hujan. Ching Fai pun memenuhi permintaan Dani, namun sayangnya headphone kesayangan Gwen rusak terinjak saat ia berlari di tengah hujan. Malamnya, Ching Fai membelikan headphone baru untuk Gwen dan juga sebuah lagu.

Di tempat lain, Lin Si Qi yang seperti biasanya menjemput ayahnya di bar dikejutkan dengan kondisi ayahnya yang sedang meracau dan memukulinya. Ayahnya mengatakan bahwa ia tak habis pikir mengapa di usia hampir 30 tahun, Lin Si Qi masih tidak dapat melakukan apa apa. Di mata ayahnya, Lin Si Qi bukanlah apa apa dan bahkan tidak mengerti apa arti tanggung jawab. Berbanding terbalik dengan kondisi ayahnya yang bahkan telah sukses di usia 30 tahun.

Perdebatan ayah - anak itu membuat suasana gaduh hingga membuat Ching Fai memutuskan untuk menengahi mereka dengan memukul ayah Lin Si Qi hingga pingsan. Ching Fai membantu Lin Si Qi membopong ayahnya ke rumah. Pada saat itu pula, Lin Si Qi meminta Ching Fai  untuk melatihnya dalam pertandingan MMA. Meski awalnya enggan, Ching Fai menerima ajakan tersebut dengan syarat ia memperoleh 40 % dari hadiah.

Semenjak kesepakatan tersebut, Ching Fai dengan serius melatih Lin Si Qi yang sangat bertekad memenangkan pertandingan untuk membuktikan kepada ayahnya bahwa ia telah bangkit. Lin Si Qi dengan tekun menjalani serangkaian latihan yang diberikan Ching Fai, dimulai dari berlari, latihan meninju dan memukul speed bag. Ching Fai mengatakan bahwa Lin Si Qi harus memiliki ritmenya sendiri dalam bertanding. 

Tak hanya itu, hubungan antara Ching Fai, Dani dan Gwen semakin erat. Ching Fai bahkan tak ragu menperagakan sebuah cerita bersama Dani untuk Gwen, mendirikan tenda bersama, dan mengecat rumah bersama. Kesehariannya yang berwarna membuat Ching Fai jauh lebih bersemangat dalam melatih senam.

Menjelang pertandingan, Lin Si Qi semakin serius berlatih. Bahkan sahabat Ching Fai mengagumi semangat dan dedikasi yang dimiliki Lin Si Qi dalam berlatih. Lin Si Qi tak hanya berlatih di gym, ia juga memanfaatkan benda berat di lokasi kerjanya sebagai kuli bangunan.



Setelah dirasa cukup, Lin Si Qi pun diajari teknik kunci meski sebelumnya Ching Fai harus berjuang mengalahkan pelatih Rock agar ia mau mengajari Lin Si Qi.



Selang beberapa waktu, pertandingan MMA pun resmi dimulai. Ching Fai mengajak Lin Si Qi untuk menyaksikan pertandingan dengan memberikan berbagai tips dalam bertanding. Salah satu tips yang diberikan adalah jangan mudah terpancing emosi jika ingin mengalahkan lawan. 

Nama Lin Si Qi pun terpilih untuk bertarung dalam sesi berikutnya melawan pemenang sebelumnya. Hal ini membuatnya semakin giat berlatih. Menjelang pertandingan, Ching Fai menasihati Lin Si Qi untuk tetap mengingat apa tujuannya bertanding dan jangan pernah takut, karena sekali takut maka ia akan dikalahkan.

Pada pertandingan, Lin Si Qi berhasil untuk tidak KO selama dua ronde sehingga ia dinyatakan menang. Sang ayah yang awalnya acuh pada Lin Si Qi pun turut menyaksikan pertandingan tersebut. Lin Si Qi dan Ching Fai pun berpelukan untuk merayakan kemenangan.



Sayangnya, wajah Ching Fai yang terliput di televisi mengundang debt collector untuk menagih hutang kepadanya. Malam yang seharusnya dihabiskan dengan bahagia antara Ching Fai, Dani dan Gwen pun berakhir dengan tragis dimana para debt collector itu mendatangi kediaman Ching Fai dan membuat Gwen serta Dani ketakutan. Dani yang berusaha melarikan diri jatuh terguling di tangga sedangkan Gwen demi mempertahankan diri menusuk salah satu debt collector.

Meski pada akhirnya nyawa Dani dapat diselamatkan, namun Gwen harus diperiksa untuk memastikan kondisi kejiwaannya.

Sementara itu, Lin Si Qi kembali melakukan pertandingan, kali ini melawan Alberto. Lin Si Qi kembali berhasil memenangkan pertandingan setelah mengalahkan Alberto dengan saling mengunci di lantai. Tak lupa, ayah Lin Si Qi pun kembali menyaksikan pertandingan.

Sedangkan Gwen justru diharuskan untuk kembali tinggal di Rumah Sakit Jiwa dan Dani kembali ke pengasuhan ayahnya setelah sebelumnya terancam untuk kembali dipindahkan ke Rumah Sosial. Ching Fai yang sangat peduli akan keadaan Gwen dibuat risau.

Dalam pertandingan ketiga, semakin banyak penonton yang bertaruh untuk kemenangan Lin Si Qi. Lin Si Qi mengatakan alasan dibalik kegigihannya bahwa ia ingin menunjukkan pada seseorang (yaitu ayahnya) bahwa sesuatu yang tidak mungkin bisa saja terjadi dan ia ingin agar ayahnya juga meyakininya.

Sayangnya, pada pertandingan tersebut Lin Si Qi tidak dapat mengalahkan lawannya, Lee Zi Tian. Tak hanya kalah, ia juga mengalami sejumlah cedera yang mengharuskannya dirawat di rumah sakit. Namun justru kejadian ini membuat ayahnya menunjukkan sisi kepeduliannya dan rasa sayangnya kepada Lin Si Qi dengan terus mendampinginnya.



Sepeninggal Gwen dan Dani, Ching Fai hanya dapat meratapi kenangannya bersama Gwen dan Dani. Akhirnya ia mengambil keputusan untuk mengikuti MMA di usianya yang tak lagi muda. Meski sempat ditentang oleh Yeung Hin Sun, Ching Fai tetap pada keputusannya dengan alasan ia tidak melakukan apapun selama 20 tahun terakhir dan ia tidak mau mati tanpa meninggalkan kenangan indah di hidupnya. Baginya, menang atau kalah tidak dapat mengembalikan apa yang telah hilang.

Ching Fai pun berlatih keras menjelang pertandingan. Meskipun ia mengaku takut setiap berada di ring, ia selalu mengatakan pada dirinya bahwa ia bisa. Menjelang pertandingan, ayah Dani datang dan mengatakan bahwa Dani tidak menuruti ayahnya dan hanya ingin bersama Ching Fai. Ayah Dani mengatakan bahwa Dani akan menuruti ayahnya jika Ching Fai memenangkan pertandingan.

Hari yang ditunggu pun tiba. Ching Fai pun bertanding melawan Lee Zi Tian yang merupakan pemenang di musim sebelumnya. Meski tenaganya tak sehebat saat ia masih muda, berbekal pengalaman dan tekad Ching Fai berhasil menang meski sebelumnya sempat tersudutkan.



Film ini berakhir bahagia. Diceritakan bahwa Lin Si Qi kembali mengikuti MMA dan dinyatakan menang sebagai juara di musim tersebut. Lain halnya dengan Ching Fai, setelah memenangkan 3 pertandingan ia memutuskan untuk pergi dari dunia MMA dan menjalani kehidupan barunya bersama Gwen dan Dani.

Meski alur cerita cukup mudah ditebak, namun sepertinya pilihan mengusung tema MMA bukanlah hal yang buruk. Olahraga mengajarkan kita bagaimana memotivasi diri untuk mencapai tujuan. Sama seperti Ching Fai dan Lin Si Qi yang bertekad memenangkan pertandingan untuk membuktikan diri, kita sendiri pun perlu memenangkan masalah yang kita hadapi dan membuktikan bahwa kita kompeten. Kemenangan bukanlah hal yang mudah, contoh sederhana dapat kita lihat dari film ini dimana kedua bintang utama berlatih keras setiap harinya untuk melatih otot mereka. Meski membutuhkan perjuangan, kemenangan adalah milik mereka yang mau memperjuangkannya. 

Sedangkan dari sosok Dani kita memahami arti sebuah ketegaran, dimana di film ini diperlihatkan sosok Dani yang kemungkinan duduk di bangku SD (tidak dijelaskan usianya dalam cerita) begitu cekatannya mengurus rumah, merawat ibunya yang memiliki riwayat gangguan jiwa dan memastikan Ching Fai bertindak sesuai ketentuan dirumahnya. Begitupun dengan kita, tak peduli apa yang telah kita lalui, kita harus tetap berdiri tegar dan berani menghadapi masalah yang ada.

Secara keseluruhan, saya memberikan rating 9 untuk film ini karena meski alur cerita yang sederhana, film ini tetap mampu membakar semangat penontonnya termasuk saya. Bagi kalian yang tengah merasa putus asa, saya rekomendasikan untuk menyaksikan film ini.

0 komentar:

Post a Comment