Home » » Dunia Kerja : Kompetisi Tiada Henti

Dunia Kerja : Kompetisi Tiada Henti

Saat duduk di bangku sekolah, Anda tentu mengingat bagaimana perasaan Anda saat menjelang pengambilan rapor ? Bagaimana nilai saya, peringkat berapakah saya, dan apakah saya naik kelas ?Bagi beberapa orang, hal yang paling menyeramkan dalam pengambilan rapor bukanlah deretan nilai dalam buku tersebut melainkan bagaimana respon orang tua saat menerimanya. Apakah akan tersenyum puas atau justru merasa kecewa hingga berujung pada pemotongan uang saku. Bagi beberapa orang lainnya, mereka justru merasa khawatir dengan nilai mereka dibandingkan reaksi orang tuanya. Peringkat berapa yang kali ini berhasil diraih dan apakah nilai tersebut meningkat ?

Ketika pengumuman kelulusan, Anda bisa mengingat bahwa kebahagiaan yang dirasakan setiap siswa yang berhasil lulus tidaklah sama. Beberapa merasa bahagia karena berhasil lulus dan beberapa lainnya merasa bahagia karena berhasil lulus dengan nilai memuaskan. Namun dibalik pengumuman kelulusan, nyatanya tidak semua orang merasa bahagia. Beberapa merasa sedih karena tidak berhasil lulus dan beberapa merasa kecewa karena tidak mendapat nilai sesuai yang diharapkan.



Semasa kuliah, beberapa mahasiswa sangat mengkhawatirkan nilai IPK dan beberapa lainnya justru menghadapinya dengan santai. Ketika memasuki masa pembuatan skripsi di semester akhir, Anda menjumpai teman teman Anda yang mulai sibuk. Sibuk merevisi skripsi, sibuk menyesuaikan jadwal dengan dosen pembimbing dan sibuk kabur dari dosen pembimbing. Setelah dinyatakan lulus dan transkrip nilai dicetak, nilai IPK mulai berbicara banyak kepada para HRD membuat HRD merasa takjub, merasa biasa biasa saja atau justru merasa heran.

Saat sekolah, di kelas Anda tentulah memiliki siswa yang dikenal pintar seolah olah ia menangkap semua pelajaran dengan cepat. Di kelas Anda juga terdapat siswa yang berada di zona nyaman, yah tidak bodoh tapi juga tidak terlalu pintar. Terakhir, di kelas Anda juga terdapat siswa pembuat onar, kelakuan yang membuat guru emosi dengan disertai nilai pas - pasan.

Semasa sekolah mungkin kita pernah berpikir,

"Dia mah emang dari sananya pinter ga kaya kita"

"Dapat nilai segini juga uda syukur"

"Kenapa mereka cuma mau nyontek ? Kenapa ga belajar aja sih?"

Pemikiran pemikiran itu sedikit banyak menghilang ketika kita memasuki dunia kerja. Dunia yang selalu kita idamkan saat masih menempuh pendidikan. Tidak ada PR, tidak ada terima rapot, tidak ada ulangan.

Sayangnya, setelah terjun ke dunia kerja kita kembali merindukan masa masa sekolah. Alasannya sederhana, tidak ada atasan menyebalkan, tidak ada pekerjaan menumpuk, tidak ada ancaman dipecat.

Miris.

Padahal baik sekolah dan kerja sama saja.

Yang selalu berusaha keras akan bersinar. Yang berusaha seadanya akan biasa biasa saja. Yang tidak berusaha akan dicibir.

Yang memiliki performa terbaik diberikan reward. Yang biasa biasa saja tidak memancing perhatian. Yang memiliki performa buruk lambat laun akan dipecat.

Selama kerja, seringkali kita lupa bahwa bekerja adalah bagian dari hidup dan hidup adalah kompetisi tiada akhir.

Bahwa bisa bekerja saja sudah cukup karena dunia kerja hanyalah sumber pemasukan uang untuk mencukupi kehidupan sehari hari. Ada ribuan alasan bagi sebagian besar orang untuk memilih berada di zona aman dengan terus bekerja sesuai prosedur ; merasa posisinya saat ini sudah aman, tidak ada saingan dalam kerja, terbuai dengan gaji yang sudah besar, dan alasan alasan lainnya.

Sebagian berharap segala sesuatu harus berjalan sesuai keinginannya. Menjadikan bos cerewet dan pekerjaan yang terlalu banyak sebagai alasan mengapa performanya buruk. Ada banyak alasan untuk tidak memberikan kinerja yang baik ; pekerjaan terlalu berat, fasilitas tidak memadai, prosedur yang berantakan.

Sebagian lainnya sibuk bekerja keras agar target kinerjanya tercapai dan mendapatkan kesempatan untuk promosi. Setidaknya ada satu alasan bagi mereka untuk terus memberikan suatu hal yang lebih dalam pekerjaannya ; peningkatan gaji, aktualisasi diri, reward yang menggoda dan alasan alasan lain.

Anda memiliki hak untuk menetapkan jalan hidup Anda. Nyatanya, kepuasan tergantung pada bagaimana cara pandang Anda. Yang perlu diingat, usaha yang Anda berikan mempengaruhi hasil yang Anda peroleh. Jika Anda ingin bekerja sekedarnya, jangan heran jika tidak kunjung mendapat promosi. Jika malas bekerja, jangan heran jika Anda dipecat. Jika ingin mendapat promosi, jangan heran jika Anda harus bekerja hingga babak belur.

Baca Juga : Talent War : Direkrut Saja Tidak Cukup, Jadilah Kompetitif

Hidup adalah kompetisi. Begitu pula dunia kerja. Dalam kompetisi ini Anda bebas menentukan tempat finish Anda, di barisan depan, barisan tengah atau barisan belakang. Namun, kalau bekerja sekedar bekerja, bukankah monyet juga bekerja ?

0 komentar:

Post a Comment